Jika melihat Perkembangan teknologi komunikasi data, dari sebelumnya teknologoi hardwire (media komunikasi data yang menggunakan kabel), seperti : Coaxial cable, Twisted pair (UTP/ STP) bahkan sampai dengan FIbre Optic. Dan juga perkembangan teknologi softwire (media komunikasi data yang menggunakan perangkat non kabel), seperti : infrared, wifi, microwave. Perkembangan softwire begitu banyak berkembang pesat, ini dilandasai dengan beberapa faktor terutama masalah kerumitan dalam hal installasi terutama harus menggunakan fisik (tempat yg sudah ada), seperti kabel yang harus ditanam dibawah tanah, kabel yang harus melewati tembok, bahkan tiang-tiang yang tinggi, sehingga bisa berdampak selain estetika (keindahan) tetapi juga faktor biaya. Oleh karena itu banyak para pengembang/ engineer, untuk mengembangkan teknologi komunikasi data softwire. Teknologi transfer data nirkabel (softwire) yang paling banyak digunakan adalah Wi-Fi. Hampir semua perangkat elektronik seperti PC, Notebook, smartphone, tablet, smartwatch dan lainnya sudah menyematkan Wi-Fi untuk konektivitas atau kanal internetnya. Tapi sebentar lagi akan hadir teknologi Li-Fi (Light Fidelity) dimana fungsinya sama seperti Wi-Fi namun menggunakan media cahaya LED. Dikutip dari BBC, beberapa peneliti di Cina berhasil mengembangkan transfer data via Li-Fi hingga kecepatan 150Mbps.
Harald Haas, seorang profesor di Edinburgh University, memprakarsai teknologi Li-Fi ketika ia sukses mendemonstrasikan sebuah prototipe alat yang dapat mentransfer informasi menggunakan radiasi LED tiga tahun lalu. Ia bahkan membuat perusahaan untuk menjual solusi berbasis Li-Fi. Li-Fi memiliki keunikan karena menciptakan sebuah kode biner digital dengan pancaran sinar, sedangkan Wi-Fi mengirimkan data menggunakan gelombang radio.
Pada April 2014, perusahaan Rusia Stins Coman mengumumkan telah mengembangkan sebuah jaringan lokal nirkabel (WLAN) yang disebut BeamCaster. Solusi inovatif ini dapat mentransfer informasi ke perangkat elektronik dengan bantuan cahaya. Inti jaringan ini adalah sebuah penghala (router) yang mampu mentransmisikan sinyal dengan menggunakan pancaran cahaya pada jarak 7-8 meter. Sinyal ini dapat ditransmisikan ke delapan alat sekaligus di berbagai bagian kantor dan kecepatan aksesnya empat kali lebih tinggi dibanding Wi-Fi standar.
Menurut para pengembangnya, BeamCaster menawarkan beberapa keunggulan, termasuk mobilitas dan kecepatan konfigurasinya. “Cara penggunaanya mudah. Anda tinggal memasang model transmisinya di langit-langit, mengatur konfigurasi alat untuk menerima modul pada komputer kerja, dan Anda akan mendapatkan jaringan aktif di kantor hanya dalam beberapa jam. Itu juga dapat dibongkar lagi dengan cepat jika diperlukan,” kata Dariush Zaents, Kepala Kantor RiT Technologies Rusia, yang merupakan subdivisi dari Stins Coman yang mengembangkan teknologi optik ini.
Keunggulan lainnya adalah kecepatan. Modul cahaya BeamCaster dapat mentransfer data pada kecepatan 1,25 gigabyte per detik. Itu merupakan jaminan kecepatan transfer data ke setiap unit kerja. Tidak lama lagi, pengembang siap meningkatkan kecepatan menjadi lima gigabyte per detik. Ini jauh lebih cepat dibanding sinyal radio yang digunakan oleh Wi-Fi. “Kecepatan maksimum yang mampu dicapai jaringan Wi-Fi adalah 300 megabyte per detik untuk semua saluran, bukan untuk setiap pengguna yang terhubung,” jelas Zaents.
Selain itu, perancang alat ini menekankan bahwa terobosan mereka jauh lebih aman dan ramah lingkungan daripada Wi-Fi. “Sinyal Wi-Fi sangat mudah didapatkan. Sinyal itu menembus dinding, dan para peretas dapat dengan mudah terhubung ke jaringan perusahaan. Alat kami hanya mentransfer data melalui pancaran sinar, jadi tidak mungkin mencegat atau menyadapnya,” terang Zaents. Selain itu, sinyal radio yang digunakan Wi-Fi dapat mengganggu alat elektronik lain misalnya peralatan medis tertentu. Yang tidak kalah penting, pancaran cahaya ini tidak dipengaruhi medan elektromagnetik luar.
Konsep komunikasi cahaya tampak (VLC), atau LiFi seperti yang kadang-kadang dikenal, telah menerima banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar disebabkan oleh prevalensi berkembang pencahayaan LED. Tidak seperti lampu pijar dan neon, LED solid-state elektronik, yang berarti mereka dapat dikontrol dalam banyak cara yang sama seperti komponen elektronik lainnya, dan beralih pada kecepatan tinggi. VLC dasarnya WiFi – tetapi menggunakan radiasi Terahertz (cahaya), bukan gelombang mikro (WiFi). Alih-alih berosilasi pemancar WiFi, VLC berosilasi sebuah lampu LED – dan tentu saja, di akhir penerima ada photodetektor bukan antena
jadi kalo lampunya mati terus gimana apa yang harus diperbuat
ReplyDeletelike like pokoknya
ReplyDelete